Thursday, October 28, 2010
Puisi: Saat Musim Dingin akan Bertamu
Saat Musim Dingin akan Bertamu
Sesekali mentari menyuakan wajah
memberikan sinar ke alam sarwa
dan jiwa manusia yang dilanda gelisah hiba
dalam kelam kemuraman siang
dan bayu dingin berhembus
Malam kian panjang
merebut waktu siang
dan kesejukan membungkus jasad
Fajar kian tidak dini
merindui mentari
Musim rontok kian beralih pergi
musim dingin 'kan bertamu lagi
untuk kesekian kali
dan salju akan memutih
melata mewajahi pepohon, dedaun dan bumi
membungkus manusia menjadi separuh sepi
Agungnya Yang Maha Menciptakan
menggilirkan musim dan kehidupan
Menjadi bahan fikir hamba-Nya
semoga tunduk patuh
tiada sekali-kali mungkir
memenuhi janji di alam ruhani
'tika diri hakiki telah bersaksi
"Qalu bala syahidna"
Namun sungguhlah insan itu 'nasia'
lagha, alpa dan kekadang buta
merenung kejadian di alam semesta
bukan dengan mata hati
untuk tazkirah kepada diri
Sungguhlah kami telah menzalimi diri kami
Jika tidak Kauampuni kami
Nescaya masuklah kami
dalam golongan yang rugi
di alam yang abadi.
Kembara Bahasa
6.30 pagi 29 Oktober 2010
Profesor Awang yang budiman,
ReplyDeleteAlhamdulillah dan tahniah! Puisi SMDaB indah amat, menyentuh nurani dan sekali gus menuntut penilaian semula akan tugas, peranan dan tanggungjawab diri di bumi-Nya ini.
Sesungguhnya, ketika di perantauan kita digoda rasa rindu dan haru yang terlalu. Masihkah ada masa untuk mengutip manik waktu yang masih tersisa...
Shiga, Jepun
Hajah Mahaya,
ReplyDeleteTerima kasih banyak atas penghargaan, yang barangkali tidaklah sepadan dengan mutu puisi insan yang hanya sesekali berpuisi.
Syukur, setiap ketentuan takdir Ilahi mengandung hikmah di baliknya. Meskipun jauh dari keluarga dan rakan-rakan seperjuangan, masih dapat saya meneruskan kalam dan cetusan fikiran lewat e.mel, 'Facebook', blog dan telefon. Setiap kali bercuti di tanah air dalam musim sejuk dan musim panas (biasanya hampir dua bulan setiap kali cuti), Alhamdulillah dapat saya penuhi jerayawara ke hampir seluruh negara dan negara jiran untuk mengobarkan perjuangan kita melalui ceramah, seminar, kursus dll.
Hajah di Jepun? Ada tugas di sana?
Ramlee Wahab memberikan ulasan kepada nota "Puisi: Saat Musim Dingin akan Bertamu".
ReplyDeleteRamlee menulis:
Jarang dan sememang Prof.Dr jarang-jarang berkarya itu memungkinkan saya terpaut untuk memberikan sedikit apresiasi kerana seronoknya membaca puisi SMDaB. Kesukaan saya seperti biasa 'mainan' saya juga adalah rima dan ritma serta bunyi-bunyi yang selesa di telinga...secara rambang seperti petikan berikut yang bagai ada pertalian erat, bak menghulur salam bersambut....ada tingkah-meningkah berlaku....
1. Malam kian panjang (6)...ang
merebut waktu siang (7)...ang
2. Musim rontok kian beralih peri (11)...ri
musim dingin 'kan bertamu lagi (10)...gi
untuk kesekian kali (8)...li
3. melata mewajahi pepohon, dedaun dan bumi (16)...mi
membungkus manusia menjadi separuh sepi (15)...pi
4. Agungnya Yang Maha Menciptakan (10)...kan
menggilirkan musim dan kehidupan (11)...pan
5. memenuhi janji di alam ruhani (12)...ni
'tika diri hakiki telah bersaksi (12)...si
6. "Qalu bala syahidna" (7)...na
Namun sungguhlah insan itu 'nasia (12)...ia'
lagha, alpa dan kekadang buta (10)...ta
merenung kejadian di alam semesta (13)...ta
7. bukan dengan mata hati (8)...ti
untuk tazkirah kepada diri (10)...ri
Sungguhlah kami telah menzalimi diri kami(16)...mi
8. Usah Kaumasukkan kami ke dalam golongan yang rugi (17)...gi
di alam yang abadi. (7)...di
Nota: banyak huruf vokal (i) dan (a) digunakan yang merupakan nadi bunyi dalam urutan suku kata. Walaupun sukukata adakalanya melangkaui ruang dan tidak sejajar, tetapi melankolisnya keseluruhan bait dalam menyampaikan maksud (intrinsik/ekstrinsik) ada kewajarannya.
Kesimpulan:
Bunyi-bunyi tersebut telah lebih mengindahkan lagi keseluruhan struktur puisi SMDaB. Bunyi-bunyian ini telah menguasai hampir 3/4 daerah karya dan ini menandakan, pengarang sememangnya telah menekuni karyanya dalam beberapa ruang masa. Permainan bahasa disulami nafas-nafas Islami yang cukup murni dan hasil ketukangan ini jelas memancarkan kemilau seni yang cukup tinggi.
Dengan apologi kepada Prof.Dr Awang sekiranya apresiasi ini kurang mencecah hasrat nurani. Wasallam!