Thursday, January 27, 2011

Bahasa Indonesia Menggema di Forum Parlimen Se-Asia Pasifik


[Petikan berita tentang Forum Parlimen Asia-Pasifik yang berlangsung di Ulaanbaatar, ibu negara Monggolia di bawah ini menunjukkan bahawa kekuatan iltizam untuk mengangkat bahasa negara menjadi prasyarat martabat bahasa negara di mata dunia. - Kembara Bahasa]

Senin, 24/01/2011 11:05 WIB
Laporan dari Mongolia
Bahasa Indonesia Menggema di Forum Parlemen se-Asia Pasifik
Nurvita Indarini - detikNews


APFF (Nurvita/detikcom)


Ulaanbaatar - Dalam sejumlah pertemuan internasional maupun regional, Bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar. Namun di forum parlemen se-Asia Pasifik, delegasi Indonesia memilih menggunakan Bahasa Indonesia.

Saat memperkenalkan anggota delegasi usai pembukaan pertemuan APPF ke-19 di State Palace, Ulaanbaatar, Mongolia, Senin (24/1/2011), ketua delegasi Indonesia, Hidayat Nur Wahid menggunakan bahasa nasional.

"Indonesia pernah jadi tuan rumah APPF menyadari forum ini sangat penting dan layak untuk disukseskan," ujar Hidayat di awal pidato.

Dia lantas mengenalkan 12 delegasi Indonesia yang hadir, antara lain Laode Ida, Roy Suryo, Azwar Abu Bakar dan Litha Branta.

Dalam perbincangan dengan detikcom sebelumnya, Hidayat menyampaikan komitmen delegasi Indonesia untuk menyampaikan pandangan atau pun pendapat dalam forum menggunakan Bahasa Indonesia. Di acara ini ada 7 bahasa yang digunakan yakni Bahasa Indonesia, Mongolia, China, Jepang, Rusia, Inggris dan Korea.

"Penggunaan bahasa Indonesia dan Melayu oleh negara pemakainya sudah diputuskan tahun lalu. Malaysia sudah saya ingatkan tapi katanya penerjemahnya belum bagus," terang politisi PKS ini.

Dia menyampaikan, penggunaan Bahasa Indonesia di forum internasional maupun regional merupakan bagian dari diplomasi. Hal ini penting untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa.

"Jangan sampai kita hanya mengekor. Bisa ditunjukkan dengan penggunaan bahasa kita sendiri,"tambah Hidayat.

Ketika menyampaikan pandangan, delegasi negara-negara di APPF memilih menggunakan bahasa nasionalnya. Indonesia pun tak mau ketinggalan.

"Tapi kalau untuk debat, biasanya baru dipakai Bahasa Inggris," tuturnya. (vit/nwk)


[Dipetik daripada http://m.detik.com]

No comments:

Post a Comment